The Feast
Mari kita memulai kisah
Tentang sang raja dan sang singa
Anak manusia dan penguasa rimba
Dari padang rumput mereka terlahir
Dengan kebanggaan dan harapan
Dengan bahaya dan cobaan
Jauh, jauhkan dahulu kedengkian itu
Kita buka dengan babak penuh kedamaian
Menghisap embun pagi yang sama
Menatap dunia baru dengan mata terbuka
Alangkah manis pemandangan mereka yang tak berdosa
Lalu perjumpaan sederhana di tepi kolam
Di mana surga dan neraka amatlah tipis bedanya
Tempat kau mengangkat taring untuk musuh
Atau mencakar lembut tangan sahabat
Bermain bersama di sela-sela semak
Berguling penuh debu di bawah sinar matahari terik
Sungguhkah mereka akan menjadi raja dan singa
Tubuh yang tumbuh menjadi sempurna
Pikiran yang terjalin menjadi pemahaman
Gerbang kedewasaan mengantar mereka pada perpisahan
Peraturan istana dan insting liar
Demi kekuasaan dan harga diri
Mereka tidak berpisah dengan air mata
Karena mereka diajari untuk tidak menangis
Mereka berpisah dengan darah
Tradisi dan perburuan
Pembantaian dan penghinaan
Sang singa mengaum dengan keras
Dengan surainya yang kini lebat terurai
Sementara sang raja terpencil
Di tahtanya yang dingin dan sorak sorai penonton
Mereka merindukan masa-masa itu
Masa saat mereka bertatapan tanpa penuh kebencian
Dan bilamana bulu keemasan itu tiba di pangkuan sang raja
Sang raja menandai pemerintahannya
Dan sang singa mati demi sahabatnya
Ini bukanlah cerita yang perlu diratapi
Baik sang raja maupun sang singa
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Related quotes
Ipagpatawad Mo
Ipagpatawad mo aking kapangahasan
Ang damdamin ko sana'y maintindihan
Alam kong kailan lang tayo nagkatagpo
Ngunit parang sayo ayaw ng lumayo
Ipagpatawad mo ako ay naguguluhan
Di ka masisi na ako ay pagtakhan
Di na dapat ako pagtiwalaan
Alam kong kailan lang tayo nagkatagpo
Ngunit parang sayo ayaw ng lumayo
Ipagpatawad mo minahal kita agad
Haaaaaaaaaaaaaa
Minahal kita agad
-matagal ko ng gustong sabihin sayo to
Haaaaaaaaaaaaaa
Minahal kita agad
-kahit na ngayon lamang tayo nagkatagpo
Haaaaaaaaaaaaaa
Minahal kita agad
-lagi kong pinapangarap na ikaw ay sumakay
Haaaaaaaaaaaaaa
Minahal kita agad
-sa aking pedikab akoy maghihintay
RAP
Ng ikaw
Unang beses kong masilayan
Diko malaman bakit nagkaganito
Inutusan lang naman ako ng aking inay na pumunta ng palenket bumili ng pito pito
Sinigang sa miso
Ang ulam namin sa umaga tanghali hapunan abutin man ng gabi
Pabalik-balik mang lumakad sa harapan ng inyong tindahan kahit wala akong pera na pangbili
Nilakasan ang loob at nilapitan kita
Baka sakali na pwede kitang maimbita
Kahit di gaanong maayos ang aking suot
Ang polo ko na kulubot
Pagkatapos akoy nagsalita
Mawalang galang na miss
Teka wag kang mabilis
Lumakad so pwede ba kitang maihatid
Gamit aking pedikab
Na aking pinakintab
Wag ka ng magbayad sana sa akin ay bumilib
Ako ng magdadala ng payong at ng bag mo
Paligi kong pupunasan ang mga libag mo
Kahit di ako ang pinapangarap hinahanap pag kaharap ay palaging binibihag mo
Ang katulad kong maralitang umiibig at pilit na inaabot ang mga bituin
Gano mang kadaming salitang aking ipunin balutin ilihim sabihin ang tangi kong hiling
Makinig ka sana sakin...
[ Lyrics from: http: //www.lyricsmode.com/lyrics/g/gloc_9/ipagpatawad_ mo.html ]
[...] Read more
poem by Sirius White
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Puisi Sembilan Tabiat Cinta
Sembilan Tabiat Cinta
I.
Musim-musim hampiri cintaku. Padamu tak sempat kutitip rindu. Hujan pergi tinggalkan basah daunan. Aroma kembang menyemerbak ke udara. Tak ada wangi cintaku di sana. Segersang rindu di matamu akan diriku. Dahaga sepi dan nyerinya tertahan di atas sebidang dadaku. Resah bibirmu, terlampau suram kujamah warnanya. Apa kau tak mendengar degup musim menghujam jantung cintaku. Di sana rindu membiru di bibir waktu. Sebiru resahmu.
II.
Aku tulis tabiat cinta ini dengan ingatan terpenggal musim hujan. Terkambang bah di sungai coklat, terapung di selat kecil ditinggalkan para pengumpul pasir. Tak ada sauh tak ada jangkar untuk kulempar biar perahu waktu berhenti. Sebab laju perahu, nyeri gelombang lautan yang menderita di jantungku. Maka kutulis tabiat cinta ini atas nama rasa yang kurasa kesejukannya setiap embun jatuh seperti matamu menatapku.
III.
Aku mencintaimu bukan tanpa perhitungan, meski belum sepenuhnya tepat waktu. Tetapi aku tidak tergesa-gesa. Itulah sebabnya cintaku mengalir tenang. Serupa capung-capung senjahari terbang di atas hamparan padi menguning.
IV.
Cintaku hidup dari udara pagi di lembah-lembah, sawah dan ladang. Berhembus ke samudra mencipta awan. hujan deras adalah kesetiaanku padamu. Kesetiaan musim pada kesejukan. Dan apabila badai dan banjir datang itulah cemburu batinku yang sialan. Apa kau tak merasa ada kehidupan diantara jarak kita memandang?
V.
Kepadamu aku mencari kekuatan hidup dengan segala kesadaran dan fitrah kemanusiaan. Lalu cinta kubangkitkan di dalamnya dengan tangan-tangan api dan air. Hawa panas dan dingin adalah nafasku. Apa kau tak merasa hembusnya kekasih?
VI.
Tak ada kuasa untuk cinta. Jika ketakutan hadir sebab cemburu. Aku bicara dari lubuk bumi. Meski tak ada pohon bicara. Engkaulah maha pendengar kata-kata yang menjelma dedaunan dan reranting subur. Aku tersiksa oleh cinta. Kau tentu tak sudi mengurai air mata, ketika luka batinku menjeritkan nyeri letusan berapi. Tetapi, biarlah lahar panas menyulap rinduku.
VII.
Kita selalu bicara tentang cinta, nestapa, dan impian sejak pertemuan pertama. Meneguk anggur sampai mabuk, hingga kesadaran tunai di persimpangan menuju hidupmu-menemu hidupku. Kita sepakat lupakan segala, madu dan darah kita, lalu kita penuhi dengan air raksa.
VIII.
Cintaku, rasa sakit dari masa lalu, tak terasa oleh nyeri hari ini untuk masa depan.
IX.
Mari kita berdoa satu sama lain.
Yogyakarta,2011-2012
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Amlapura
Hey, hey, ada kapal layar
Menuju jawa
Dari jalan ke jawa jaga-jaga,
Jika ada orang bugis
Hey, hey, ini mimpi
Kukan bakarmu jika kau harus pergi
Hey, hey, kubakan
Maka diriku
Jika kau baring di balai bambu
Kumimpi tentang amlapura
Tak pernah kulihat permata seindah ini
Kumimpi tentang amlapura
Lautan atau mimpi
Tentang patung putri
Hey, hey, patung raja,
Dikalungi mawar emas
Hey, hey, kanak-kanak, tewas di tempat
Oleh bedil-belanda
Dari kapal letaknya
Kumimpi tentang amlapura
Tak pernah kulihat permata seindah ini
Kumimpi tentang amlapura
Lautan atau mimpi
Tentang patung putri
Kumimpi tentang amlapura
Tentang patung putri
Hey, hey, ada kapal layar
Kumimpi tentang amlapura
Atas deknya dan kapal tempatnya
Dari jalan ke jawa
Dari jalan ke jawa....
song performed by David Bowie
Added by Lucian Velea
Comment! | Vote! | Copy!

Tentacles of Time
Sadho Ye Murdon Ka Gaon
Peer Mare, Pygambar Mari Hain
Mari Hain Zinda Jogi
Raja Mari Hain, Parja Mari Hain
Mari Hain Baid Aur Rogi
Chanda Mari Hain, Suraj Mari Hain
Mari Hain Dharni Akasa
Chaudan Bhuvan Ke Chaudhry Mari Hain
In Hun Ki Ka Asa
Nauhun Mari Hain, Dus Hun Mari Hain
Mari Hain Sahaj Athasi
Tethis Koti Devata Mari Hain
Badi Kaal Ki Bazi
Naam Anam Anant Rehat Hai
Duja Tatva Na Hoi
Kahe Kabir Suno Bhai Sadho
Bhatak Maro Mat Koi
English Translation
Oh Sadhu This is the Village of the Dead
The Saints Have Died, The God-Messengers Die
The Life-Filled Yogis Die Too |
The Kings Die, The Subjects Die
The Healers and the Sick Die Too ||
The Moon Dies, The Sun Dies
The Earth and Sky Die Too |
Even the Caretakers of the Fourteen Worlds Die
Why Hope For Any of These ||
The Nine Die, The Ten Die
The Eighty Eight Die Easily Too |
The Thirty Three Crore Devatas Die
It's a Big Game of Time ||
The Un-Named Naam Lives Without Any End
There is No Other Truth ||
Says Kabir Listen Oh Sadhu
Don't Get Lost and Die ||

Manusia
Manusia
Manusia kau sering terlupa
Telupa akan erti hidup mu
Terlupa akan erti kemanusiaan
Terlupa akan maksud kewujudan mu
Keghairanmu mengejar dunia,
Membuatkau lupa, alpa
Kau lupa pada saudara-maramu
Kau lupa pada insan disekelilingmu
Kau lupa pada usia yang semakin meningkat
Kau lupa pada amal ibadatmu
Kau lupa,
Kau lupa pada TUHAN
Manusia,
Tanpa kau sedari kau telah pergi…
Pergi jauh meninggalkan dunia
Kau pergi tanpa kau sedari…!
Dalam sekelip mata kau hilang segalanya
Dalam sekelip mata keindahan dunia lenyap dari pandanganmu,
Kau menangis,
Tapi untuk apa?
Kau meratap
Tapi untuk siapa?
Penyesalanmu sudah terlambat
Pada siapa ingin kau ingin meminta…
Pandanganmu kosong!
Ratapanmu sayu…
Tangisanmu pilu!
Tiada siapa yang bias mendengarmu
Tiada siapa yang bisa melihat kehadiranmu
Hanya kau disitu
Menatap sayu insan-insan di sekelilingmu….
Menatap sayu sekujur tubuh kaku disisi mereka
Tapi?
Tapi itu tubuh siapa?
Itu kau!
Itu kau! ! !
Tubuh kaku itu milikmu
[...] Read more
poem by Qistina Zaini
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Hidupkah Kau
Hidupkah kau untuk mengeluh
Dari terbitnya matahari hingga terbenam
Tentang kehidupan yang tak memuaskan
Dirimu yang selalu menginginkan kenyamanan
Ataukah terbersit sekali dalam pikiranmu
Untuk sejenak sedikit bersyukur
Tentang kehidupan yang masih kau punya saat ini
Bersama dengan harta yang mungkin kau tak sadari
Karena kau sibuk mengeluh
Dan lupa untuk menghargai dan menjaga hal itu
Hidupkah kau untuk meminta
Dari buaian bayi hingga ke liang kubur
Agar dirimu diutamakan
Dan tak juga belajar bersabar
Ataukah terbersit sekali dalam keinginanmu
Untuk berusaha sendiri
Lepas dari belas kasihan orang lain
Agar dirimu tak perlu lagi mengiba
Untuk memperoleh apa yang kau inginkan
Karena kau sibuk meminta
Dan lupa memberi dan memperbaiki hal itu
Hidupkah kau untuk mencela
Dari ujung bumi hingga dasar samudera
Menuding orang melakukan kesalahan
Dan mengangkat tinggi dagumu dengan sombong
Ataukah terbersit sekali dalam hatimu
Untuk sebentar saja bercermin
Memandang kembali segala persoalan
Dengan kepala jernih tanpa prasangka
Karena kau sibuk mencela
Dan lupa untuk belajar dan memahami hal itu
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Omamori
Hai, para kekasih
Lindungilah cintamu
Dengan kepercayaan dan kesetiaan
Bukan dengan cemburu dan harga diri
Hai, para orang tua
Lindungilah anakmu
Dengan pengertian dan kasih sayang
Bukan dengan perintah dan larangan
Hai, para sahabat
Lindungilah temanmu
Dengan ketulusan dan doa
Bukan dengan rasa kasihan dan ikatan sumpah
Hai, para pemimpin
Lindungilah rakyatmu
Dengan rasa aman dan kesempatan
Bukan dengan ketakutan dan pengekangan
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

The Dangerous Man
Kebodohan adalah andalan ku
Kemunafikan adalah topeng ku
Luka adalah tameng ku
Buang jauh-jauh nuranimu
Buang jauh-jauh simpatimu
Kesusahan adalah kehidupanku
Kesendirian adalah suaka ku
Tersesat adalah jalan ku
Berpura-puralah karena aku takkan peduli
Berbohonglah karena aku akan selalu tahu
Kegilaan adalah kesenangan ku
Tangisan adalah kelegaan ku
Kegelapan adalah permainan ku
Buang jauh-jauh jiwamu
Buang jauh-jauh hatimu
Amarah adalah gairah ku
Kesinisan adalah kata-kataku
Keluhan adalah makanan ku
Rayulah karena aku takkan tergoda
Bicaralah karena aku takkan percaya
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Menatap lurus matamu (Indonesian)
lalu belajar mengerti dari awal,
membaca kembali ejaan yang tak pernah kau berikan,
karena sebagaimana pengertian dari awalnya
bermula dari keterpaksaan,
penderitaan yang dijalani,
akar tunjang yang membelit tumbuh
di pokok batangnya,
rumput yang tumbuh
di segala musim,
kerelaan yang tumbuh
dari bola matamu,
memperkaitkan sepi pada pengertian,
alam benda-benda yang ada di kerajaan hati,
entah berapa kali aku mengemis padamu,
jangan buatkan sarang laba-laba yang menjebakku,
jadi magsamu,
terpikat masuk ke bola matamu,
terjebak sukma ruhmu,
melewati aliran nadi,
memenuhi hasrat,
pelajaran apalagi ini?
bermula dari kekosongan mengisi setiap rongga jiwa,
penderitaan adalah awal persetubuhan,
persetubuhan yang akan menjadi puing-puing
kenangan dalam matamu,
hendakkah kau buang,
bagi matamu yang penyair,
barangkali akan tinggalkan sebagai kata,
yang kembali dieja dengan apa saja judul puisimu,
tetapi tetap saja persetubuhan kita tak kekal,
hanya kekal dalam matamu dan mataku,
suatu kali kita bangun kerajaan dalam semalam,
aku puaskan membangunkan pualam istana,
cuma dalam matamu,
setelah kekeringan yang punah,
dibakar, apalagi ini?
lalu belajar mengerti kembali…..
(2001)
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Kelu
kelunyaku untuk bicara
dihadapan mereka,
aku tak bisa
aku tak tahu
patah-patah kata itu tiada terluah
hanya degusan nafas resah
kedengaran...
aku tak bisa bicara
melepas keraguan mereka, aku tak bisa!
hampir hancur aku ditelan mereka
hampir mati aku dihimpit mereka
aku tak bisa
mencari keberanian itu aku tak tahu,
kebenaran untuk meluahkan
perasaanku....
pandangan mereka....
kutukan mereka
tiada aku mengerti
tiada aku bisa
mengungkap tirai besi bibirku ini!
melepas selimut duri lidahku ini
aku tak bisa
poem by Qistina Zaini
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Jangan maksa
Jangan maksa cuma keinginan kita
Kalau kamu juga tidak mau dipaksa-paksa
Jangan maksa bersikap ceria
Kalau sedang tak ingin tertawa
Jangan maksa ngebut di jalan raya
Kalau nantinya malah celaka
Jangan maksa kelihatan kaya
Kalau hanya untuk gaya
Jangan maksa apa pun juga
Karena hasilnya pasti sia-sia
Jangan maksa tentang rasa suka
Karena cinta datang dengan rela
Jangan maksa tetap menderita
Karena hati bisa lebih keras dari baja
Jangan maksa tapi tanpa usaha
Karena keberuntungan bukan cara
Jangan maksa semua harus sempurna
Yang penting bermakna dan berguna
Jangan maksa anak-anak cepat dewasa
Biarkan mereka tumbuh apa adanya
Jangan maksa merasa punya kuasa
Tetap bersama saja sudah luar biasa
Jangan maksa menjadi serupa
Berbeda bukan hal yang hina
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

War Within
Kadang kita harus menunggu dengan tenang
Kadang kita harus segera menyerang
Kadang kita harus mencari celah untuk menang
Kadang kita tak boleh lengah dan tetap menerjang
Kadang kita lembut dan bergerak seperti bayang
Kadang kita ganas bagai hewan garang
Kadang itu akan membuat kita dikenang
Kadang itu hanyalah sebuah kekonyolan perang
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Terbang
Terbang lepas
Terbang bebas
Bila masih kulihat cahaya
Terpancar di depan sana
Aku kan segera
Bangkit dan membawa
Semua harapan di dada
Bila satu patah kata
Yang kutunggu tlah tiba
Aku kan segera
Meluncur bersama
Mimpi yang luar biasa
Terbang lepas
Terbang bebas
Jauh
Dan melayang
Di langit luas
Jauh
Kan kulihat semua
Dunia yang sangat indah
Kan kuingat dirinya
Dia sangat kucinta
Bila nanti langkahku terhenti
Kau tinggalkan ku sendiri
Aku takkan goyah
Tak pernah menyerah
Karena hidup belum berakhir
Dan ku kan
Terbang lepas
Terbang bebas
Jauh
Dan melayang
Di langit luas
Jauh
Kan kulihat semua
Dunia yang sangat indah
Kan kuingat dirinya
Dia sangat kucinta
Oh, terbang lepas
Terbang bebas
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Sebuah bom yang meledak bernama sunyi (Indonesian)
: Teungku Abdullah Syafii in memoriam
(1)
Bilakah ini harinya bom yang engkau lemparkan bersama
Butir udara berinteraksi memekatkan cinta
Yang dinamakan kesumat tak akan ada yang
Bisa kuperbuat kecuali
Menikam waktu dan sebuah bom yang
Meledak engkau sebut sunyi,
Dari lukakah mengalirkan darah
Yang engkau sebut cinta yang
Akhirnya menghantarkan
Pada kilatan api dalam ketiadaan,
Ketiadaan Teungku yang menemukan
Aliran darahnya, ketiadaan hamba tanpa sunyi,
Dan engkau lemparkan sunyi, engkau lemparkan
Kepada waktu:
Sebuah bom meledak bernama sunyi
Lalu aku mencatatnya dengan cinta
(2)
Teungku: duka duri semak ada di dadamu, cinta manakah
Yang hendak dikuburkan, aku tepiskan
Tanpa memilih hidup ini akan dikemanakan
Mungkin bersama bayang-bayang hujan lalu
Sunyi ini akan diberikan kepada siapa?
Siapakah pembunuh waktu yang tak mengerti:
Luka ini berasal juga dari Cinta
Cinta berasal muasal dari duka keabadian
Mungkin kita ini bangsa yang lupa
Bahwa bendera kita bukanlah kemenangan
Tetapi kekalahan berkepanjangan
Sebagai hamba Duli Paduka, cinta manakah?
Bagai berondongan pertanyaan ini menyergap
Dan Teungku: dekaplah damai keabadianMu
(3)
Duka sergap kematian ini semakin lekat, bila moncong menganga
Selalu berarah kepadamu, kenangan apakah
Jejak bayang-bayang hujan terlalu samar
Untuk siapakah engkau kirim kegelisahan ini
Senyap rerumputan memagut lelapmu
Sungai berdiri diam bisu
Menorehkan sederet kebahagiaan
Lewat peluru, mesiu dan bayang-bayang
Mawar, cinta dan kematian
Tak ada yang lebih menarik lagi
Tak ada yang lebih menarik lagi
[...] Read more
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Laut Di Tengah Keajaiban Musim Dingin
Meski angin bertiup kencang dan air laut mengamuk dashyat
Esok hari adalah suatu hari yang baru
Kau akan mengalirkannya
Meski dipisahkan oleh angin yang bertiup kencang
maupun ombak yang besar
Itulah pelosok pulau tempat orang yang kita cintai menunggu
Kau akan mengalirkannya
Ke hatimu
Nun jauh di balik bayang-bayang pulau
Di tengah laut yang arusnya deras
Burung putih akan membawa kembali arwah kekasih yang telah tiada
Membawa kembali
Suatu hari akan jatuh cinta pada seseorang
Meski ombak di laut ganas diterpa tiupan angin
Mencintai seseorang
Bukalah hatimu sekali lagi
Meski awan di langit jauh dari jangkauan
Kalau hati terbang jauh, cinta pun akan datang menjemput
Perasaan di dalam hati itu
Pasti akan sampai di pangkuanmu
Meski jaraknya jauh sekalipun
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Sepenggal Rasa
Ketika air mataku tak bisa lagi mengalirkan duka
Ketika semua kata tak bisa lagi menggambarkan makna
Betapa aku ingin merengkuhmu, lekat menghabiskan rinduku
Betapa aku ingin menggadaikan hidupku untuk hembusan nafasmu
Agar tak ada detik waktu tanpa sentuhan tulusmu,
Agar kekal semua tentangmu di benak dan kalbuku
Tentang semua cerita luka yang kau rajut bagai untaian bunga
Tentang semua cinta yang kau bingkai dengan senyum bahagia
Aku menghirup udara dan rasa kehilanganku di detak waktu
Aku menatap hari-hari muram dengan tangis pilu
Maafku untuk semua keengganan yang ingin kusesali sampai mati
Maafku untuk segala kepongahan yang terpatri dalam hati
Terima kasihku untuk semua cintamu yang tak berbatas
Terima kasihku untuk semua jasamu yang tak terbalas
Waktu yang berlari tak mampu mengikis kisah denganmu
Waktu yang berlalu akan mengekalkan hidupmu dihatiku
poem by Niken Kusuma Wardani
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Kwatrin Memandang Bulan (Indonesian)
~Requiem buat Sapto Rahardjo~
Lelaki bersandal jepit memandang bulan
Bilakah hari memadamkan baranya?
Samudera bergelombang membenamkan setiap kembara
Harapan demi harapan gugur dari rambutnya
Lelaki bersandal jepit mengepit senyap
Bulan beserta malam-malam dihatinya
Kerontang musim mengajak bicara
Nyanyian demi nyanyian menggugurkan senja
Lelaki bersandal jepit merangkai mimpinya
Mimpi melayang seperti burung camar
Menggapai langit menjatuhkan hujan
Hujan runtuh membasahi kemarau
Lelaki bersandal jepit memainkan bonang
Malam hening menggetarkan dawai
Sunyi adalah kembara
Kembara bagi seorang pecinta sejati
Lelaki bersandal jepit merangkai bunga
Bunga potong segar dalam cawan
Ikebana dan sakura, rama-rama dan kupu-kupu
Hidup dan mati berkejaran selalu*
Lelaki bersandal jepit terbaring sendiri
Rumput dan semak bersamanya
Tiada bonang dan bunga dibawanya
Hanya cinta-kasih ada dipeluknya
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Beda antara kita
Beda antara kita...
hanya kita tahu,
kekuatan kita
kelemahan kita
manusia,
ciptaan tuhan
punya beda
tiada yang sama antara kita
hanya beda yang terlihat
beda kau dan aku
disegenap sudut
disegenap arah
hanya beda!
poem by Qistina Zaini
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Kahit Kailan
Nagtatanong ang isip
Di raw maintindihan
Kung anong nararamdaman
Dapat mong malaman
Sa puso ko'y ikaw lamang
Ang nag iisa...
Pangangamba
Dapat bang isipin
Walang hanggan
Asahan mo na...
Kahit kailan
Di kita iiwan
Kahit kailan
Di kita pababayaan
Kahit kailan
Kahit kailan...
Bulong ng yung damdamin
Pagibig na walang hanggan
Ang siyang nais kong makamtan
Ngayon ay narito ako
Handang umibig sa iyo
Na walang katapusan...
Pangangamba
Dapat bang isipin?
Walang hanggan
Asahan mo na...
Kahit kailan
Di kita iiwan
Kahit kailan
Di kita pababayaan
Kahit kailan
Kahit kailan...
Kung ikaw ay mawala sa piling ko
Di na alam kung kakayanin pa kayang
Umibig pang muli
Kahit na ano pang mangyayari
Di maaring ipag-balik
Sasamahan pa kita
Hanggang sa huli.......
Kahit kailan
Di kita iiwan
Kahit kailan
Di kita pababayaan
[...] Read more
poem by Sirius White
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Because of Love? (Indonesian Version)
Sering kali ingin kucoba mengerti dirimu
Namun semakin ku tak dapat mengerti kau begitu
Kadang kau mesra, kadang kau cemburu buta
Kadang kau dekat, kadang kau tak peduli
Tapi ku tak dapat mengerti diriku sendiri
Yang tetap di sampingmu walaupun kau begitu
Kadang ku bosan, kadang ku melayang
Kadang ku gundah
Apa yang membuat kita bersama?
Karena cinta
Ataukah mungkin rasa iba
Karena suka
Ataukah sudah terbiasa
Kita hidup dengan saling menerima
Berapa kali pun kucoba menghapus dirimu
Namun semakin kuhampa di dalam hatiku
Kurindu senyummu, kutelan pahitmu
Kuingin hangatmu, kutakut kehilanganmu
Mungkin kau juga pernah bertanya dalam hatimu
Masihkah ku berguna dalam hidupmu
Meski ku peragu, meski ku tak sempurna
Meski ku sakiti
Apa yang membuat kita bertahan?
Karena cinta
Ataukah mungkin rasa iba
Karena suka
Ataukah sudah terbiasa
Kita hidup dengan saling percaya
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
