The Dangerous Man
Kebodohan adalah andalan ku
Kemunafikan adalah topeng ku
Luka adalah tameng ku
Buang jauh-jauh nuranimu
Buang jauh-jauh simpatimu
Kesusahan adalah kehidupanku
Kesendirian adalah suaka ku
Tersesat adalah jalan ku
Berpura-puralah karena aku takkan peduli
Berbohonglah karena aku akan selalu tahu
Kegilaan adalah kesenangan ku
Tangisan adalah kelegaan ku
Kegelapan adalah permainan ku
Buang jauh-jauh jiwamu
Buang jauh-jauh hatimu
Amarah adalah gairah ku
Kesinisan adalah kata-kataku
Keluhan adalah makanan ku
Rayulah karena aku takkan tergoda
Bicaralah karena aku takkan percaya
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Related quotes
Wajah Pagi di Wajahmu yang Malam Memancar Cahaya Malammu di Wajah Pagi
Sudah berapa banyak angka dari kalender
Merawat nyeri dari luka paragraf soliloqui
Pada bangunan yang dipurbakan
Setiap jeda waktu terteriak di mulutmu
Serupa dengung tawon dalam hutan
Deru suaramu meruwat perjalanan ngilu
Ngilu: Kau ceritakan lagi pagi ini
Seperti pagi yang lalu tanpa ingata
Mungkin di pagi yang lain, insomniamu
Dan kamu akan datang lagi, ceritakan nyeri
Pada kematian di hamparan panggung teater lengang
Lalu tegang di wajahmu
Lalu tenang seolah-olah
Pada bait-bait puisi
Yang kau sesalkan sebelum tidur
Lalu mimpi buruk melumat sesal
Sembunyikan ketakutan di bibirmu
Bibirmu: Cerita ngilu di sebuah pagi
"pada akhirnya batang tubuh berakal ini
menjadi analog-analog kecil dalam satwa
yang kau juga aku mengembunkannya
pada imajinasi untuk sesuap nasi."
Kau diam sebentar, bercakap kecil
Kulihat ke dalam matamu, ada luka
"Luka itu kawan, yang membuat senyum
di kanvas pagi yang ngilu pada ceritaku
selain luka tak ada lagi untuk sebuah cerita
dan kenangan hanya maut yang tak kukenal."
Kata-katamu menetaskan api pagi ini
Sebagaimana aksara di bibir penyair itu
Telah membakar puisi dan mengabu kini
Terhempas ke ladang-ladang petani
Terhimpit map-map plastik di kantor-kantor
Menempel di wajahmu sendiri
Pagi ini, lembut. Legam.
Kau diam kemudian
Sambil menunjuk jari ke tubuh ayam betina
Yang mencari makan sisa angin dan embun segar semalam
Jika hujan tak membawanya pergi
Dan kau tak mencolongnya untuk sepenggal diksi
"Lihatlah ayam betina itu, tenang dan tentram."
Sebab tak punyai kata-kata untuk luka
[...] Read more
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Laut Di Tengah Keajaiban Musim Dingin
Meski angin bertiup kencang dan air laut mengamuk dashyat
Esok hari adalah suatu hari yang baru
Kau akan mengalirkannya
Meski dipisahkan oleh angin yang bertiup kencang
maupun ombak yang besar
Itulah pelosok pulau tempat orang yang kita cintai menunggu
Kau akan mengalirkannya
Ke hatimu
Nun jauh di balik bayang-bayang pulau
Di tengah laut yang arusnya deras
Burung putih akan membawa kembali arwah kekasih yang telah tiada
Membawa kembali
Suatu hari akan jatuh cinta pada seseorang
Meski ombak di laut ganas diterpa tiupan angin
Mencintai seseorang
Bukalah hatimu sekali lagi
Meski awan di langit jauh dari jangkauan
Kalau hati terbang jauh, cinta pun akan datang menjemput
Perasaan di dalam hati itu
Pasti akan sampai di pangkuanmu
Meski jaraknya jauh sekalipun
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Pantun - Perempuan, Isteri dan Jalang (translated to English)
perempuan, isteri, dan jalang
yang lalu tak kan berulang
tatasusila baik di pegang
jalan lurus bengkok ku tak hilang
woman, wife and whore
what has been will never be repeated
i hang on to the best experience
the road, straight or bent i will not be lost
perempuan, isteri, dan jalang
yang lalu tak kan berulang
pengalaman lurus di pegang
jalan bengkok pun ku tak hilang
perempuan, isteri, dan jalang
pergilah kita jalan jalan
hidup memang satu jalanan
buai sini, buai sana, buaian mainan
woman, wife and whore
let's go for a walk
life is actually just a walk
swing here, swing there, a swing game
poem by John Tiong Chunghoo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Terbang
Terbang lepas
Terbang bebas
Bila masih kulihat cahaya
Terpancar di depan sana
Aku kan segera
Bangkit dan membawa
Semua harapan di dada
Bila satu patah kata
Yang kutunggu tlah tiba
Aku kan segera
Meluncur bersama
Mimpi yang luar biasa
Terbang lepas
Terbang bebas
Jauh
Dan melayang
Di langit luas
Jauh
Kan kulihat semua
Dunia yang sangat indah
Kan kuingat dirinya
Dia sangat kucinta
Bila nanti langkahku terhenti
Kau tinggalkan ku sendiri
Aku takkan goyah
Tak pernah menyerah
Karena hidup belum berakhir
Dan ku kan
Terbang lepas
Terbang bebas
Jauh
Dan melayang
Di langit luas
Jauh
Kan kulihat semua
Dunia yang sangat indah
Kan kuingat dirinya
Dia sangat kucinta
Oh, terbang lepas
Terbang bebas
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Amlapura
Hey, hey, ada kapal layar
Menuju jawa
Dari jalan ke jawa jaga-jaga,
Jika ada orang bugis
Hey, hey, ini mimpi
Kukan bakarmu jika kau harus pergi
Hey, hey, kubakan
Maka diriku
Jika kau baring di balai bambu
Kumimpi tentang amlapura
Tak pernah kulihat permata seindah ini
Kumimpi tentang amlapura
Lautan atau mimpi
Tentang patung putri
Hey, hey, patung raja,
Dikalungi mawar emas
Hey, hey, kanak-kanak, tewas di tempat
Oleh bedil-belanda
Dari kapal letaknya
Kumimpi tentang amlapura
Tak pernah kulihat permata seindah ini
Kumimpi tentang amlapura
Lautan atau mimpi
Tentang patung putri
Kumimpi tentang amlapura
Tentang patung putri
Hey, hey, ada kapal layar
Kumimpi tentang amlapura
Atas deknya dan kapal tempatnya
Dari jalan ke jawa
Dari jalan ke jawa....
song performed by David Bowie
Added by Lucian Velea
Comment! | Vote! | Copy!

Cahaya Dewa (the goddess light)
Dia cahaya dewaku..
Cahaya Hidupku..
Cahaya Jiwaku..
Menyinari aku..
Jiwaku..cintaku
Aku,
Aku
diam...
aku.
Sunyi...
Diam tanpa dia,
Sunyi tanpa hadirnya
Kerna dia...
Cahaya dewaku..cahaya hatiku
Dia mentari yang menyinar dalam gelita malamku
Dia, Surya yang bercahaya dalam sunyi hariku
Membawa pergi hatiku...
Membawa pergi jiwaku
Pergi jauh,
Jauh kealamnya
Alamnya..
Alamnya...
Yang tiada jalan kembali
Yang ada Cuma gerbang masuk
Tanpa kembali
Apa...
Apa aku harus kesana?
Mengambil semula hatiku
Jiwaku...
Cintaku..
Apa aku sanggup?
poem by Qistina Zaini
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Puisi Sembilan Tabiat Cinta
Sembilan Tabiat Cinta
I.
Musim-musim hampiri cintaku. Padamu tak sempat kutitip rindu. Hujan pergi tinggalkan basah daunan. Aroma kembang menyemerbak ke udara. Tak ada wangi cintaku di sana. Segersang rindu di matamu akan diriku. Dahaga sepi dan nyerinya tertahan di atas sebidang dadaku. Resah bibirmu, terlampau suram kujamah warnanya. Apa kau tak mendengar degup musim menghujam jantung cintaku. Di sana rindu membiru di bibir waktu. Sebiru resahmu.
II.
Aku tulis tabiat cinta ini dengan ingatan terpenggal musim hujan. Terkambang bah di sungai coklat, terapung di selat kecil ditinggalkan para pengumpul pasir. Tak ada sauh tak ada jangkar untuk kulempar biar perahu waktu berhenti. Sebab laju perahu, nyeri gelombang lautan yang menderita di jantungku. Maka kutulis tabiat cinta ini atas nama rasa yang kurasa kesejukannya setiap embun jatuh seperti matamu menatapku.
III.
Aku mencintaimu bukan tanpa perhitungan, meski belum sepenuhnya tepat waktu. Tetapi aku tidak tergesa-gesa. Itulah sebabnya cintaku mengalir tenang. Serupa capung-capung senjahari terbang di atas hamparan padi menguning.
IV.
Cintaku hidup dari udara pagi di lembah-lembah, sawah dan ladang. Berhembus ke samudra mencipta awan. hujan deras adalah kesetiaanku padamu. Kesetiaan musim pada kesejukan. Dan apabila badai dan banjir datang itulah cemburu batinku yang sialan. Apa kau tak merasa ada kehidupan diantara jarak kita memandang?
V.
Kepadamu aku mencari kekuatan hidup dengan segala kesadaran dan fitrah kemanusiaan. Lalu cinta kubangkitkan di dalamnya dengan tangan-tangan api dan air. Hawa panas dan dingin adalah nafasku. Apa kau tak merasa hembusnya kekasih?
VI.
Tak ada kuasa untuk cinta. Jika ketakutan hadir sebab cemburu. Aku bicara dari lubuk bumi. Meski tak ada pohon bicara. Engkaulah maha pendengar kata-kata yang menjelma dedaunan dan reranting subur. Aku tersiksa oleh cinta. Kau tentu tak sudi mengurai air mata, ketika luka batinku menjeritkan nyeri letusan berapi. Tetapi, biarlah lahar panas menyulap rinduku.
VII.
Kita selalu bicara tentang cinta, nestapa, dan impian sejak pertemuan pertama. Meneguk anggur sampai mabuk, hingga kesadaran tunai di persimpangan menuju hidupmu-menemu hidupku. Kita sepakat lupakan segala, madu dan darah kita, lalu kita penuhi dengan air raksa.
VIII.
Cintaku, rasa sakit dari masa lalu, tak terasa oleh nyeri hari ini untuk masa depan.
IX.
Mari kita berdoa satu sama lain.
Yogyakarta,2011-2012
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Impian
Impian adalah sesuatu yang dapat berubah
Saat kita melewati waktu atau saat bertemu seseorang
Tidak mungkin tidak berubah
Saat kita telah mewujudkannya atau menemukan sesuatu yang baru
Bila kau terus menyangkal perubahan itu
Maka impianmu akan berubah menjadi beban
Karena kau akan terpaku padanya dan hilang jalan
Impian yang berubah bukan sesuatu yang memalukan
Bukan karena kita tidak berjuang atau menyerah menggapainya
Tapi impian adalah hasrat kita untuk menemukan tempat untuk diri kita sendiri
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Sekuntum Bunga Negeriku (Malaya Roses)
(Ode buat Malaya Roses)
Kemarin dulu
aku lewat sebuah taman bunga
penuh seni dan artikulasi
tersusun rapi dalam rumpun diksi
kelopak bahasa warna warni
kembang mewangi menghias seri
Kemarin
aku bertandang lagi di taman sama
kulihat kumbang putih terhiris luka
oleh kesinisan bunga yang pintar
menyasarkan dengung bingit
sang kumbang patah sayap
Hari ini
aku takjub pada ketegasan kata
kelopak-kelopak bahasa sang bunga
memangkas tuntas kepincangan budaya
semut-semut malas bekerja
buang masa, makan gaji buta
Esok
aku berharap
menikmat keindahan sang bunga
menjalarkan kelopak aksara
menjadi rimbun kata paling ampuh
suburkan inspirasi; penikmat seni
poem by Ibnu Din Assingkiri
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

What corruption means
digging at the same spot
first to lay pipes
then to lay wires
leaving mud, gravel
all over the street
spending a week
to process an application
instead of an hour
hoping that some dimes
would roll over to oil his needs
building a public place
- to make sure they
last only months
so that there would
be a redo
more projects more money
spending RM90 million
to renovate a Parliment House
to find later the whole place
as fragile as ever with an old roof
that leaks and that the whole structure
needs a redo
building a RM270million
court complex to find upon
occupancy, it has as many
cracks, leaks as the laws
a project to put up new
road signs (names)
that results in every road
has so many signs
with the same names
one wonders they are
put up for the amnesiac
to make sure they do not
forget where they are going
what else can you say
about two signs that stand
opposite each other
bearing the same name
Jalan Rozario, Jalan Rozario?
wonder anybody ever
notices the real signs
this country needs are those
that can show us the way
[...] Read more
poem by John Tiong Chunghoo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

I Won't Go Back (Indonesian version)
Malam ini akankah kau datang
Atau malah melupakan
Penantianku begitu panjang
Jiwaku menyerpih
Hingga tiba fakta terbentang
Yang tak dapat kau dustakan
Dan dunia seakan menghilang
Hatiku menghitam
Takkan kembali
Takkan merajut asa di diri
Karena ku telah temui
Jalan sepiku sendiri
Tanpa dirimu
Takkan menangis
Walau malam dingin tak terperi
Karena ku telah sadari
Semua berakhir di sini
Bersama cintamu
Ingin cinta semua kubuang
Timpakan semua kesalahan
Dan ku kan menjadi pemenang
Tapi ku tak tenang
Ingin benci tumbuh berkembang
Menutupi semua kenangan
Indah tapi begitu mencengkeram
Dan ku tak tahan
Takkan kembali
Takkan merajut asa di diri
Karena ku telah temui
Jalan hidupku sendiri
Tanpa dirimu
Takkan sesali
Meski ingin kuulang kembali
Karena semua memori
Hanyalah sebuah memori
Yang kan berlalu
Malam ini akankah kau datang
Atau malah melupakan
Kini kau hanya sebuah bayang
Dan pagi menjelang
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Padam
Apa yang kau dapatkan, hargailah
Apa yang dipinjam, kembalikan
Sebelum semuanya menghilang
Dan api di dalammu padam
Apa yang kau simpan, rawatlah
Apa yang kau buang, relakan
Bila api di dalam dirimu telah padam
Kenangan pun tak lagi bisa membakar
Mimpi pun tak bisa lagi bersinar
Jadi jangan berhenti dulu
Sebab dewa masih memberimu waktu
Sebelum semuanya memudar
Dan api di dalammu padam
Apa yang kau inginkan, kejarlah
Apa yang kau takuti, hadapi
Sebelum semuanya menghilang
Dalam kegelapan yang kelam
Apa yang kau jaga, sayangilah
Apa yang kau benci, tangisi
Karena bila api yang ada telah padam
Ingatan pun tak lagi berarti
Jalan yang lebar pun tak lagi menarik
Jadi jangan mencemaskan hal yang tak perlu
Sebab meski terlihat tak ada waktu
Dan angin tak mau membantu
Kobaran di dadamu masih belum padam
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Tenggelam
Tenggelam
Rasa yang ada menghilang
Jiwaku kan tertelan
Kesepian
Menghujam
Diserang jurang kegelapan
Tertatih coba tuk pulang
Sendirian
Dan ku kan bertahan
Walau badai menerjang
Ku tetap genggam harapan
Ku kan jauh terbang
Dan ku kan berjalan
Meski pedih terus membayang
Ku yakin di depan ada jalan
Yang bersinar dan terang
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Menatap lurus matamu (Indonesian)
lalu belajar mengerti dari awal,
membaca kembali ejaan yang tak pernah kau berikan,
karena sebagaimana pengertian dari awalnya
bermula dari keterpaksaan,
penderitaan yang dijalani,
akar tunjang yang membelit tumbuh
di pokok batangnya,
rumput yang tumbuh
di segala musim,
kerelaan yang tumbuh
dari bola matamu,
memperkaitkan sepi pada pengertian,
alam benda-benda yang ada di kerajaan hati,
entah berapa kali aku mengemis padamu,
jangan buatkan sarang laba-laba yang menjebakku,
jadi magsamu,
terpikat masuk ke bola matamu,
terjebak sukma ruhmu,
melewati aliran nadi,
memenuhi hasrat,
pelajaran apalagi ini?
bermula dari kekosongan mengisi setiap rongga jiwa,
penderitaan adalah awal persetubuhan,
persetubuhan yang akan menjadi puing-puing
kenangan dalam matamu,
hendakkah kau buang,
bagi matamu yang penyair,
barangkali akan tinggalkan sebagai kata,
yang kembali dieja dengan apa saja judul puisimu,
tetapi tetap saja persetubuhan kita tak kekal,
hanya kekal dalam matamu dan mataku,
suatu kali kita bangun kerajaan dalam semalam,
aku puaskan membangunkan pualam istana,
cuma dalam matamu,
setelah kekeringan yang punah,
dibakar, apalagi ini?
lalu belajar mengerti kembali…..
(2001)
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Merah Putih
merah adalah berani
warna ksatria yang gagah
membela negeri
tapi bila hanya merah
yang ada hanya darah
putih adalah suci
warna sang perawan
bersahaja dalam diri
tapi bila hanya dia
yang ada hanya hampa
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Titipan
Untuk W.S. Rendra
Milikku semua adalah titipan
Tapi karena aku terlalu lama memilikinya
Aku lupa bahwa itu bukan milikku
Dan tidak merelakannya saat aku kehilangan
Mengapa aku bersedih dan menganggapnya musibah
Tentu saja karena aku mencintainya
Aku terlalu mencintainya sebagai milikku
Padahal milikku semua adalah titipan
Lalu salahkah bila aku mencintainya
Sebagai milikku dan bukan titipan
Tapi harusnya tak kuhilangkan
Kesadaran dan kerelaan itu
Bahwa yang memberiku titipan
Juga sangat mencintai milik-Nya
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Unholy Man
Meski kau bukan orang tersuci
Meski kau bukan orang terhebat
Setidaknya ada orang yang
Sepenuh hati mencintaimu
Setulus hati menyayangimu
Jadi jangan kau siakan air matanya
Jangan kau siakan penantiannya
Meski kau bukan orang yang paling baik
Meski kau bukan orang yang tertulus di dunia
Setidaknya kau masih punya
Rasa di dalam hatimu
Denyut hidup di dalam darahmu
Jadi jangan kau siakan dengan harga diri
Jangan kau siakan dengan segala kemunafikan
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

Setelah Perayaan
Terpuruk ku di sini
Di antara debu sisa-sisa kembang api
Awan di langit malam yang gelap
Kabut asap yang mengambang
Dengan bau mesiu habis terbakar
Tak ada lagi bunga yang berpendar warna-warni
Tak ada lintasan cahaya yang bersahutan bernyanyi
Bagaikan sebuah orkestra tanpa suara
Lalu aku kembali pada kesendirian
Keramaian lamat-lamat meninggalkan diriku
Yang terlalu lamban bergerak untuk mengejar mimpi
Yang kupunya hanya hasrat yang telah mati
Menunggu sejumput percikan api
Mengenaiku kembali
Dan aku akan melesat di tengah hitamnya langit malam
Berpendar dengan membakar seluruh diriku
Lalu aku akan menghilang dalam hujan bunga api
Berharap seseorang melayangkan pandang sekali
Diriku yang telah telantar dan dilupakan
Tanpa sempat memenuhi janjiku untuk menjadi
Kembang api yang tak gagal lagi
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!

The Pretty One
Cast: Jake Johnson, Ron Livingston, Zoe Kazan, Danny Pudi, Sterling Beaumon, Frances Shaw, Jeremy Howard, Sabrina Lloyd, Luka Jones, Dale Raoul
trailer for The Pretty One, directed by Jenee LaMarque, screenplay by Jenee LaMarque (2013)
Added by Veronica Serbanoiu
Comment! | Vote! | Copy!

Sebuah bom yang meledak bernama sunyi (Indonesian)
: Teungku Abdullah Syafii in memoriam
(1)
Bilakah ini harinya bom yang engkau lemparkan bersama
Butir udara berinteraksi memekatkan cinta
Yang dinamakan kesumat tak akan ada yang
Bisa kuperbuat kecuali
Menikam waktu dan sebuah bom yang
Meledak engkau sebut sunyi,
Dari lukakah mengalirkan darah
Yang engkau sebut cinta yang
Akhirnya menghantarkan
Pada kilatan api dalam ketiadaan,
Ketiadaan Teungku yang menemukan
Aliran darahnya, ketiadaan hamba tanpa sunyi,
Dan engkau lemparkan sunyi, engkau lemparkan
Kepada waktu:
Sebuah bom meledak bernama sunyi
Lalu aku mencatatnya dengan cinta
(2)
Teungku: duka duri semak ada di dadamu, cinta manakah
Yang hendak dikuburkan, aku tepiskan
Tanpa memilih hidup ini akan dikemanakan
Mungkin bersama bayang-bayang hujan lalu
Sunyi ini akan diberikan kepada siapa?
Siapakah pembunuh waktu yang tak mengerti:
Luka ini berasal juga dari Cinta
Cinta berasal muasal dari duka keabadian
Mungkin kita ini bangsa yang lupa
Bahwa bendera kita bukanlah kemenangan
Tetapi kekalahan berkepanjangan
Sebagai hamba Duli Paduka, cinta manakah?
Bagai berondongan pertanyaan ini menyergap
Dan Teungku: dekaplah damai keabadianMu
(3)
Duka sergap kematian ini semakin lekat, bila moncong menganga
Selalu berarah kepadamu, kenangan apakah
Jejak bayang-bayang hujan terlalu samar
Untuk siapakah engkau kirim kegelisahan ini
Senyap rerumputan memagut lelapmu
Sungai berdiri diam bisu
Menorehkan sederet kebahagiaan
Lewat peluru, mesiu dan bayang-bayang
Mawar, cinta dan kematian
Tak ada yang lebih menarik lagi
Tak ada yang lebih menarik lagi
[...] Read more
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
